papuabaratprov.go.id

Kamis, 15 September 2011

Karyawan PT Freeport Indonesia Mogok Kerja


Timika, Papua - Karyawan PT Freeport Indonesia kembali melakukan aksi mogok kerja, sehubungan dengan belum tercapainya kesepakatan antara manajemen perusahaan terkait serikat pekerja.
Peristiwa tersebut terjadi sejak Kamis (15/9) tadi pagi, yang mana, ribuan karyawan PT Freport Indonesia terus berdatangan ke timika dari lokasi kerja mereka di tembagapura untuk memulai aksi mogok kerja yang direncanakan akan berlangsung selam satu bulan.
Hingga siang tadi, sebanyak 60 bus berkapasitas 64 penumpang telah memobilisasi karyawan dari tembagapura menuju timika untuk bergabung dengan ribuan karyawan lainnya yang memusatkan aksi mogok di depan pintu gerbang masuk kota kuala kencana.
Sementara sekitar lima ribuan karyawan lainnya masih menunggu bus di tembagapura untuk turun ke timika. Para karyawan yang berkumpul di gerbang masuk kuala kencana, dengan membangun tenda di badan jalan sambil menunggu karyawan lainnya yang akan bergabung.
Untuk mengamankan aksi karyawan, ratusan aparat keamanan dengan kendaraan barakuda disiagakan di sekitar lokasi.
Juru bicara SPSI PT Freeport Indonesia, Julius Parorongan mengatakan, mobilisasi karyawan dari tembagapura akan dilakukan secara bertahap hingga seluruh karyawan dapat turun untuk bergabung dalam aksi demo di timika.
Salah seorang karyawan, Oktovianus mengatakan, sejak rabu malam pukul 23.30 Wit, aktivitas produksi di tambang bawah tanah telah berhenti total, hal ini dikarenakan
“Tidak ada intimidasi dari manajemen untuk melarang karyawan dalam melakukan aksi mogok sebagaimana diisukan,” Tutur Okto
Aksi mogok kembali dilakukan pengurus Unit Kerja Serikat Pekerja Sektor Kimia Energy dan Pertambangan PT Freeport akibat belum adanya kesepakatan antara manejemen dan spsi dalam perundingan perjanjian kerja bersama yang telah dilakukan satu bulan terakhir ini di timika. (***)

Jumat, 02 September 2011

Dunia Dia Algojo Khadafi, Dia Diperkosa

VIVAnews - Nisreen terus meringkuk di balik selimut. Mata cokelatnya menatap kosong. Bicaranya pun terbata-bata. Raut wajahnya memperlihatkan emosi yang sangat kacau. Gadis 19 tahun itu tak bisa menyembunyikan trauma atas pengalamannya menjadi algojo semasa rezim Muammar Khadafi di Libya.

"Salah satu dari mereka memiliki rambut wajah seperti ini (membuat bentuk jenggot di sekitar mulutnya)," katanya mengingat wajah seorang pria muda yang ia tembak mati.

Sebagai anggota pasukan algolo, Nisreen telah membunuh sedikitnya 11 orang tahanan rezim Khadafi. "Setiap eksekusi, ada seseorang di kedua sisi saya dan satu belakang. Mereka mengatakan jika saya tidak menembak, mereka yang akan menembak saya."

Dalam kondisi terancam, Nisreen merasa tak punya pilihan lain selain mengarahkan pistol ke sasaran dan menarik pelatuk pistol dalam genggamannya. "Setiap kali menembak, aku akan memutar kepalaku menjauh. Tak lama kemudian, aku melihat darah menetes dan terus mengalir membasahi lantai," katanya terbata-bata.

Menjadi pasukan algojo bukan pilihannya. Ia diambil paksa dari rumah ibunya sekitar satu tahun lalu. Ia dibawa ke sebuah tempat terisolasi yang tak memungkinkannya berhubungan dengan dunia luar, termasuk keluarganya. Di penampungan militer perempuan itu, ia dilatih memegang senjata.

Saat pemberontakan anti-Khadafi pecah Februari lalu, ia dipanggil pimpinannya yang juga seorang wanita. Ia diminta menemui seorang komandan brigade. Dan di sana, ia diperkosa. "Aku menjerit, tapi percuma," katanya. "Aku bahkan dipanggil lagi dan diperkosa dua kali oleh komandan lain."

"Ketika aku melihatnya, aku berpikir bahwa dia tampak seperti anak kecil. Wajahnya begitu muda, polos, benar-benar tidak bersalah," kata salah satu dokter di rumah sakit Tripoli, Nadia Benyounis, yang prihatin mendengar kisah hidup Nisreen. "Dia kehilangan hidupnya."

Benyounis mengatakan kehidupan Nisreen telah dirampok. Martabat, harga diri, dan keluarganya lenyap. Ia bahkan dimanipulasi sebagai pembunuh. "Dia diam sepanjang waktu." kata Benyounis. "Saya perhatikan, dia mencoba untuk tidur sepanjang waktu untuk melarikan diri dari kenyataan ini."

Di tengah derita itu, Nisreen mendapat kabar bahwa ibunya yang tengah sakit kanker tengah mendapat pengobatan di Tunisia. Nisreen bahkan sempat bicara melalui sambungan telepon. "Ibuku sangat sedih. Yang saya inginkan saat ini hanya pulang. Aku ingin bertemu ibuku."

Pentahbisan 6 Imam Baru Di Keuskupan Manokwari - Sorong


Papua Barat - Uskup Manokwari-Sorong Monsinyur Hilarion Datus Lega Projo, mentahbiskan enam (6) imam baru dari Ordo Santo Agustinus, Digereja Katolik Emaus Sorong.
Ke-enam orang imam baru itu masing-masing Pater Adri Valentino Dureng, Pater Felix Jangur, Pater Markus Malar, Pater Yohanis Salmon Sedik dan Pater  Yohanis Richard Yempormase.
Acara pentahbisan ke-enam imam tersebut yang dilakukan minggu 28 agustus bertepatan dengan hari ulang tahun pelindung Ordo Santo Agustinus, diamana para imam baru didampingi masing-masing orang tua dan keluarga.
Prosesi penthabisan diawali dengan tarian adat yang menandakan penyerahan para calon imam baru dari orang tua kepada gereja yang diiringi  musik drum band dari para pelajar SMA YPPK Agustinus Kota-Sorong Papua Barat.
Tarian adat penyerahan imam baru yang berasal dari Daerah Karon Kepala Burung Tanah Papua sekaligus menggambarkan betapa orang tua dari para imam baru dengan kepenuhan hati menyerahkan anak mereka kepada gereja untuk melakukan tugas pelayanan kepada Tuhan dan sesama.
Acara penthabisan yang dilakukan melalui perayaan ekaristi  dipimpin langsung Uskup Manokwari-Sorong Hilarion Datus Lega Projo didampingi prior dibantu para pastor dari Ordo Santo Agustinus.
Penthabisan 6 pastor  yang dintandai penumpangan tangan dan pemakaian jubah oleh Uskup Hilarion,  para imam baru didampingi orang tua masing-masing.
Usai parayaan ekaristi Uskup Hilarion pada sambutannya mengatakan, penthabisan 6 imam baru ini merupakan tanggungjawab seluruh umat katolik di  Keuskupan Manokwari – Sorong.
Untuk itu uskup berharap dukungan doa dari seluruh umat katolik  khususnya di Keuskupan Manokwari-Sorong terhadap  proses pelayanan dari ke- 6 pastor baru tersebut.
Sementara itu Pastor Yohanes Salmon Sedik, OSA  dalam sambutannya mewakili ke 6 pastor baru mengatakan  manusia dikategorikan  dalam 2 teori hukum fisika, yakni gerak grafitasi dan gerak melayang atau uap. Yang mana bila manusia jatuh kedalam dosa, hanya melalui hukum uap (Yesus Kristus) Manusia dapat diangkat kembali.
Sedang mewakili keenam orang tua dari imam baru Barnabas Frengky Sedik dalam pesannya menghimbau kepada para imam baru untuk menekuni tugasnya yang merupakan sebuah perjalanan yang panjang.
Acara pentabhisan 6 pastor yang berlangsung meriah dan penuh hikmah diikuti  Ketua Majelis Rakyat Papua Barat Vitalis Yumte, Para Pejabat Kabupaten/Kota Sorong, Maybrat, Tambrauw.
Hadir pula  Abraham  Oktavianus Ataruri bersama Ibu, Mantan Bupati Sorong, Jan .Piet Wanane, Mantan Wakil Wali Kota Sorong, Hengky Rumbiak, Wakil Ketua DPRD Kota-Sorong, Petrus Fatlolon serta ribuan umat katolik. (Evan Salves)